After 7 Days
TW // Mention of death
Azkia dan Rey sudah sampai di kediaman Naufal. Rumah yang ditempati sahabatnya itu bersama mendiang istrinya setelah menikah.
Ia bertemu dengan Papi Naufal, yang kebetulan baru dari luar membeli bahan makanan untuk makan malam.
Baby Galen menangis begitu masuk ke dalam, matanya terus menatap ke langit-langit, tangannya juga tampak menggapai ke atas seakan di sana ada seseorang yang ingin menggendongnya.
“Aku ke Naufal dulu, ya?” izin Azkia pada sang suami. Rey.
“Iya, sayang.” Kata Rey sambil menenangkan Baby Galen yang masih menangis.
Akhirnya Azkia melangkah masuk ke dalam kamar Naufal yang tidak terkunci itu.
Di dalam kamar, Azkia melihat Naufal duduk di lantai bersandar pada dipan kasur. Kedua kakinya diselonjorkan, sementara di paha terdapat foto pernikahannya dengan Aruna.
“Naufal?” panggil Azkia pelan.
Yang dipanggil hanya menoleh sekejap, kemudian kembali menatap kosong lantai di hadapannya. Tapi Azkia tetap menghampiri Naufal walau responnya seperti itu.
Ia itu duduk di sebelah Naufal, menghadap laki-laki itu. Kedua kakinya bersila, matanya menatap wajah lusuh sang sahabat yang sudah mirip mayat hidup. Pucat, kering, mata cekung. Benar-benar tidak ada gairah hidup.
“Fal, mau sampai kapan? Udah seminggu lo kayak gini.” Azkia membuka percakapan, yang tentu masih belum direspon Naufal.
“Baby Galen ada di depan sama Rey dan Papi. Dia nangis terus, kayaknya kangen sama Ayahnya.” Kata Azkia lagi, namun Naufal masih diam.
“Naufal, lo tau ngga kalau sebelumnya gue ngga pernah seemosi ini? Engga, maksud gue… selain kehilangan janin gue dan waktu itu Aruna yang nenangin gue. Sekarang, emosi gue lagi setinggi itu karena ngeliat lo, Fal.” Nada bicara Azkia mulai berubah. Marah namun ditahan.
“Naufal dengerin gue! Liat gue!” Kali ini ia menarik kedua bahu Naufal agar keduanya berhadapan. Naufal seketika menatapnya walau dengan wajah datar dan tatapan kosong.
“Apa sih gunanya lo diem kayak gini, Fal? Ngurung diri, ngga mau makan, minum, cuma diem kayak orang bisu. APA GUNANYA?” bentak Azkia.
”...” Naufal hanya diam.
“Lo pikir dengan kayak gini, Aruna bakal hidup lagi? Engga, Naufal! Aruna bakal sedih ngeliat suaminya terpuruk kayak gini. Aruna bakal sedih ngeliat anaknya malah diurus sama orang lain bukan Ayahnya sendiri. Aruna bakal sedih dan ngga akan tenang sebab kepergiannya justru membuat orang tercintanya seperti orang yang hidup segan mati tak mau kayak lo gini.”
Jujur Azkia tidak bisa menahan tangisnya. Bukan marah karena Naufal menelantarkan anaknya, tapi karena kondisi Naufal yang begitu terpuruk. Dia sangat tahu bagaimana sedihnya sahabatnya itu karena ditinggal sosok yang paling dia cinta.
“Naufal, please, jangan semakin nyakitin diri lo dengan cara kayak gini. Hidup lo masih panjang, Fal. Ada Baby Galen yang harus lo urus. Dia adalah harta berharganya Aruna.”
”...”
“Lo bayangin sesedih apa Aruna di sana sekarang karena sikap lo yang seperti ini. Tapi bayangin juga betapa bahagianya dia kalau lo bisa kembali seperti saat ada Aruna di sini. Ngga ada Aruna, tapi ada Baby Galen, Naufal. Permata kalian.”
Dapat Azkia lihat kalau air mata Naufal menetes. Matanya kembali hidup sambil menatapnya. Mata dan hidungnya merah seakan darah yang sempat terhenti kembali mengalir dalam tubuhnya.
“K-Kia…?”
Azkia mengusap kening Naufal asal sebelum menghapus air mata di pipi laki-laki itu. Dia mengangguk sambil menahan tangisnya, “Iya. Ini gue, Azkia, Naufal.”
“A-Aruna… A-Aruna pergi, Kia.”
Entah dorongan dari mana, Azkia memeluk tubuh kurus itu. “Aruna pergi, hanya raganya. Tapi jiwanya ada di sini, Naufal. Dia ngga ke mana-mana.”
Kemudian yang dapat Azkia dengar hanya suara isak tangis Naufal yang begitu memilukan. Tidak apa-apa, batin Azkia, ia membiarkan Naufal menangis sepuasnya dalam pelukannya.
“Aruna pergi, Kia. Dia ninggalin gue sama Galen.” Ucap Naufal disela isak tangisnya.
Azkia mengusap punggung Naufal, “Hanya raganya, Naufal.” Ia kembali mengingatkan.
“I can't live without her,” lirih Naufal.
Dengan cepat Azkia memberi jarak antara dirinya dengan Naufal. Ia menggeleng untuk membantah ucapan Naufal barusan.
“No, you can do it. Buktinya lo masih ada di sini setelah tujuh hari dia pergi. Do not ever to say that again, Naufal. Di sini ada Galen. Anak lo dengan Aruna. Aruna ninggalin lo bersama Galen, itu artinya dia mau lo bisa terus sama dia. Inget, Naufal, seberapa besar Aruna memberikan lo kepercayaan. Tolong jangan kecewakan dia. Lo harus bertahan apapun keadaannya, dengan atau tanpa Aruna, bersama Galen.”
Naufal terdiam untuk beberapa saat, menunduk dalam sebelum merespon ucapan Azkia.
“Can I?”
Dengan mantap Azkia mengangguk. “Lo punya gue, Rey, Sadam, Rhea, Javier, Reina, juga Papi. Kami semua akan ada untuk lo, Naufal.”
Sekali lagi Naufal menitihkan air mata, lalu ia memeluk Azkia. Setidaknya, satu hal itu yang saat ini dapat ia lakukan agar dirinya menjadi lebih tenang.
“Aruna, maafin aku. Galen, maafin Ayah.”
@makaroon99