Anna and The Evening
Saat ini Anna sudah berada di dalam mobil Ayah Varo. Ia duduk di kursi tengah sementara Varo di depan bersama sang Ayah.
“Om Jeff, Anna mau nanya, boleh?” Anna membuka suara.
“Kenapa, Anna?” Ayah Varo sedikit menoleh ke belakang.
“Kalau misal ada duda atau janda menikah, urus surat pernikahannya harus ada saksi ngga sih?”
Kini bukan Ayah Varo saja yang menoleh, tapi juga Varo. Keduanya keheranan dengan pertanyaan Anna.
“Engga kok, yang harus ada saksi hanya ketika mereka akan ijab qabul aja.” Jawab Ayah Varo, “Memangnya siapa yang mau nikah?”
Anna menyandarkan punggungnya ke kursi, “Kayaknya Bunda sama Papanya Hegar.”
“Hah?” Varo dan Ayahnya sama-sama terkejut.
Gadis itu melirik ke kanan dan kiriㅡke Varo dan Ayahnya secara bergantian, “Mereka tadi pergi bareng tanpa kasih tau aku, kayaknya… mereka akan nikah deh, Om.”
Ayah Varo tertawa kecil, “Memang kalau mereka menikah kenapa? Kayaknya Anna ngga suka?”
“Suka sama Hegar kali dia, Yah.” Celetuk Varo.
“IH APAAN??!!” Anna bangkit dan memukul pundak kanan Varo.
“Aduh!” Ringis Varo, “Kok ngamuk?” protesnya.
Anna terdiam, karena celetukan Varo membuatnya bete seketika. Akhirnya sepanjang perjalanan, ia hanya diam. Bahkan ketika ia mampir untuk makan dengan sepasang Ayah dan Anak itu, lebih banyak diam.
Anna sudah sampai rumah, sementara Varo dan Ayahnya langsung pamit dan kembali pulang. Kaki gadis itu melangkah masuk ke dalam rumah, lalu ia menjumpai tamu yang tengah berbincang seru dengan Bunda di meja makan.
Sepertinya mereka baru akan memulainya.
“Eh, pas banget anak Bunda pulang. Makan dulu yuk, nak?” ajak Bunda.
“Anna udah makan sama Varo dan Om Jeffan, Bun.” Jawab Anna.
“Oh, gitu.” Sesal Bunda.
“Anna langsung masuk ke kamar aja, ya, Bun.” Anna hendak beranjak, namun ditahan Bunda.
“Anak Bunda sakit, ya? Kok lesu gini?”
Anna tersenyum kecil, “Engga kok, Bun. Cuma capek sedikit aja abis kuliah seharian. Hehehe.”
“Ngga apa-apa Anna biar istirahat aja, Sell.” Ujar Papa Hegar pada Bunda Anna, Sella.
“Ya sudah, Anna istirahat aja. Jangan lupa mandi ya, nak.” Bunda mengusap kepala Anna.
“Iya, Bunda.” Jawabnya, “Om Tian, Hegar! Anna ke kamar dulu, ya.” Kemudian ia masuk ke dalam kamar.
@makaroon99