Fey and Her Mom
Fey pulang dan bertemu dengan Mama dan Papanya yang tengah bersantai di ruang tv rumah mereka. Teringat dengan ucapan Hegar, tanpa basa-basi ia langsung menanyakan hal tersebut.
Dan siapa yang tidak terkejut jika ditanyakan tentang masa lalu yang mungkin terdengar kelam itu? Hingga membuat sang Papa terkejut dengan pertanyaan anak gadisnya.
“Ma, sebenarnya siapa Papa kandung Fey?”
“Maksud Fey apa, nak?” tanya Papa.
“Mama bilang aku sama Hegar saudara?” tanya Fey lagi.
Mama Fey mengerti maksud pertanyaan sang anak, dengan segera ia membawanya ke kamar. Tentunya setelah itu mengatakan pada sang suami untuk tidak perlu khawatir tentang apapun.
Dan kembali ke kamar Fey di lantai 2, ia duduk di tepi ranjang ketika sang Mama kembali. Dengan cepat wanita itu menghampiri sang anak dan,
Plakk
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kirinya.
“Apa maksud kamu bertanya seperti itu di depan Papamu, hah?” marah sang Mama.
“Fey cuma nanya, Ma. Fey mau tau siapa Papa kandung Fey.”
“Seharusnya kamu sudah tau jawabannya. Dan juga kamu tau untuk tidak menanyakan hal itu di depan Papamu! Kamu menyakiti hatinya, Felicia!”
“Papaku itu Papanya Hegar? Tapi dia bilang Mama hamil dari pria yang beristri lalu dia ninggalin istrinya di rumah? Itu bukan Papa Hegar 'kan, Ma? Kalau iya, sekarang dia tinggal sama kitㅡ.”
Plakk
“Dasar bodoh!” Mama Fey kembali menampar anak gadisnya, “Kamu lebih percaya sama anak dari si brengsek itu daripada Mamamu sendiri? Kamu pikir dengan akal sehat dong, Felicia, untuk apa Mama membohongi anak Mama sendiri?”
”...” Fey menunduk sambil meremat ujung bajunya.
Mama Fey bersimpuh, lalu mengusap kedua pipi anaknya lembut. Wajahnya nampak lesu dan menyesal.
“Maaf Mama marah karena Mama takut pada akhirnya Papamu kembali terluka, karena Mama tau sebenarnya Papamu juga merasa kesulitan selama ini. Papamu orang hebat karena bisa menerima Mama yang harus memiliki anak dari pria lain karena paksaan.”
“M-Ma…”
“Maafkan Mama karena sudah membuat kamu terlibat urusan dendam Mama, nak. Mama hanya masih tidak terima dengan apa yang Mama dapat saat itu. Mama ingin menunjukkan seberapa sakit hati Mama pada dia, dan itu melalui anaknya. Maaf.”
”...”
“Fey pasti tau bagaimana perasaan sakit hati ketika melihat seseorang yang masih bisa bahagia dan tertawa di atas penderitaan orang lain, bukan? Dan itu yang Mama rasakan selama belasan tahun. Sakit sekali hati Mama, Fey.”
Fey mengangguk, “Maafin Fey, Ma. Maaf tadi Fey sempat kemakan omongan Hegar. Maaf.” Ia kemudian menangis sambil memeluk Mamanya.
Mama Fey membalas pelukan sang anak, lalu mengusap punggung gadis itu.
“Kebahagiaanmu itu adalah yang paling terpenting dibanding apapun. Jangan memikirkan perasaan orang lain, nak. Ketika Fey sakit hati, Fey juga boleh membalasnya.” Ucap Mama Fey pelan.
Fey melepas pelukan sang Mama, “Gimana kalau kebahagiaan Fey direbut orang lain?”
Mama Fey membelai rambut sang anak lembut, “Rebut kembali, nak.” Ucapnya diiringi senyuman kecil.
Hingga akhirnya, Fey memutuskan untuk pergi. Ia mendatangi sebuah rumah yang mungkin kini bisa ia andalkan. Ia memeluk sang pemilik rumah sambil menangis.
Sang pemilik rumah tentu saja terkejut kedatangan tamu dengan mata sembab, wajah merah dan ada sedikit lebam. Sampai akhirnya si gadis malang itu membuka suara,
“Anna, tolong… H-Hegar mukul dan nampar gue.”
@makaroon99