Hegar and His Story
Kini Anna duduk di kursi teras rumahnya bersama Hegar. Keduanya nampak canggung, tidak seperti biasanya. Sebenarnya, Hegar sudah ingin membuka suara, tapi Anna masih nampak terlihat tidak nyaman.
“Ann, gue udah boleh jelasin?” tanya Hegar.
Anna melirik Hegar lalu menggedikkan bahunya. Hegar kembali diam hingga beberapa saat, sampai ia sendiri yang tidak sabar untuk menjelaskan semuanya pada Anna.
“Ann—“
“Tadi Varo bilang katanya itu bukan lo,” potong Anna.
“Y-ya?”
“Cuma itu aja yang Varo kasih tau, dia belum bisa ngomong banyak.”
Hegar mengangguk dan menghembuskan napas lega, “Memang bukan gue. Itu Fey.”
Anna mengeryit, “Kok Fey? Dia ‘kan juga korban.”
“Gue masih punya bukti pesan terakhir yang dia kirim. Ini bakal gue jadikan barang bukti.” Hegar memberikan ponselnya pada Anna yang menampilkan pesan dari Fey dan Varo sabtu lalu.
“Fey… demi apa?!” Anna tidak percaya.
Kini Hegar mengangguk, “Dia pelaku yang sesungguhnya, dan apa yang lo dengar dari dia ngga ada yang benar, Ann.”
“Maksudnya?”
“Cerita yang tempo hari Fey ceritain ke lo itu palsu, bukan cerita yang sebenarnya terjadi.”
“...”
“Fey dibodohi sama Mamanya yang punya dendam ke bokap gue. Gue udah bicara sama dia sabtu lalu tentang itu, tapi dia ngga percaya, bahkan gue suruh dia tes DNA sekalian. Dan gue ngga tau apa yang terjadi ketika dia pulang ke rumah, dia malah ke rumah lo dan bikin kita berantem.”
“Tentang dia dipukul—“
“Mungkin ulah Mamanya?” tebak Hegar.
Anna terdiam untuk beberapa saat, masih sedikit tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Padahal, Hegar belum menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga itu.
“Gue boleh cerita yang sempat gue bilang ‘nanti’ ke lo?” tanya Hegar.
Gadis itu menatap Hegar penasaran, kemudian ia mengangguk.
“Waktu SMA, Mama Fey naksir Papa.” Hegar memulai ceritanya.
“Naksir?”
Hegar mengangguk, “Tepatnya naksir berat. Dia selalu ngirim surat dan hadiah untuk Papa. Awalnya Papa respon untuk menghargai aja, tapi lama kelamaan Papa ngerasa risih. Papa minta dia untuk berhenti, tapi ngga pernah didengar. Bahkan sampai Papa akhirnya punya pacar, baru dia berhenti. Itu juga dua tahun kemudian, tepatnya waktu Papa jadian sama cinta pertamanya yang merupakan adik kelasnya.”
“Wow!” respon Anna. Laki-laki itu kemudian melanjutkan ceritanya.
Ketika Papa Hegar masuk universitas, Mama Fey mengikuti pria itu. Bahkan ketika Papa Hegar ikut organisasi kampus, wanita itu juga mengikutinya. Mama Fey seakan tidak putus asa untuk mendekati Papa Hegar. Yah bisa dibilang, wanita itu terobsesi pada Papa Hegar.
Hingga setahun kemudian, kekasih Papa Hegar masuk ke Universitas yang sama. Keduanya kerap terlihat bersama bahkan digadang sebagai pasangan termanis di kampus saat itu. Hal itu jelas membuat hati wanita itu semakin panas. Padahal ia sendiri juga dikejar-kejar oleh seorang pria idola kampus, tapi hatinya hanya untuk Papa Hegar seorang.
Bertahun-tahun berlalu tepatnya ketika sang wanita wisuda, hubungan manis Papa Hegar dengan kekasihnya terancam karena wanita itu rupanya telah dijodohkan oleh seorang pria lainnya. Kata sang Ibu—single parent, agar perusahaan yang akan jatuh ke tangan wanita itu tidak diurus sendiri, melainkan dengan suami yang mengerti dengan bisnis juga. Dia adalah pria yang mengejar Mama Fey itu.
Wanita malang itu tidak bisa menolak, dan ia juga tidak bohong jika tidak menginginkan pria itu. Papa Hegar juga sempat berusaha untuk menggagalkan perjodohan itu dan meyakinkan orangtua dari kekasihnya itu, tapi usahanya sia-sia. Hingga akhirnya Papa Hegar harus merelakan wanitanya.
Adanya kejadian itu tentu membuat Mama Fey semakin gencar mendekati Papa Hegar. Tapi, Papa Hegar bukan seseorang yang mudah terpengaruh. Bahkan sampai 3 tahun pernikahan mantan kekasihnya itu, Papa Hegar baru bisa mengikhlaskan semuanya. Ia pun menikah dengan wanita lain, Mama Hegar.
Mama Fey yang merasa dunia tidak berpihak padanya sebanyak 2 kali akhirnya menyerah. Bukan menyerah dalam artian mengikhlaskan Papa Hegar dengan wanita lain, namun perasaan dendam yang kemudian muncul hingga membuat hidup seseorang berubah.
Bukan kepada Papa Hegar langsung Mama Fey membalas dendam, tapi pada mantan kekasih pria itu. Ia kembali menggoda pria yang waktu itu mengejarnya—suami dari mantan kekasih Papa Hegar, yang rupanya juga masih memiliki perasaan untuknya.
Entah bagaimana bisa, Mama Fey menghasut pria itu hingga terjadilah malam panjang. Dan brengseknya, Mama Fey sampai hamil oleh pria itu. Sementara beberapa minggu usai Mama Fey mengatakan bahwa ia hamil, istri pria itu juga mengungkap hal yang sama, padahal sebelumnya ia tidak ingin memiliki anak jika pria itu belum bisa mencintainya sepenuhnya.
Namun, pria itu berlagak seakan tidak ada yang terjadi. Perselingkuhan. Ia main cukup apik bahkan bolak-balik menginap di rumah Mama Fey. Tapi sayangnya, istrinya itu tahu ketika usia kandungannya masuk usia 8 bulan. Belum lagi kemudian ia kehilangan Ibunya yang kena serangan jantung usai mengetahui menantunya selingkuh dan menghamili wanita lain. Tentu saja itu membuatnya stress hingga hampir membahayakan nyawa anak dalam kandungannya.
Ingat perusahaan yang dikelola wanita itu dan suaminya? Sang suami dengan licik—usai diperdaya Mama Fey— mengambil alih perusahaan, mencuri tanda tangan sang istri yang saat itu mentalnya masih terguncang. Hingga setelah melahirkan, ia diceraikan dan jatuh miskin.
Tapi untungnya, Papa Hegar yang sempat hilang kontak itu mengetahui keadaan sang mantan kekasih. Dan beruntungnya, Mama Hegar dengan senang hati mau membantu wanita itu. Ia membantu mengurus anak itu sampai usia 1 tahun padahal ia juga memiliki anak, sementara wanita itu melakukan pengobatan untuk dirinya agar bisa mengurus anaknya kembali.
Setelah sembuh dan merasa ia sanggup mengurus anak, ia pergi meninggalkan Papa Hegar dan istrinya. Ia pergi jauh bahkan sampai belasan tahun kemudian. Papa Hegar berharap banyak kalau mantan wanitanya itu bisa hidup jauh lebih baik bersama anaknya.
Lalu bagaimana dengan Mama Fey dan sebut saja Papa Fey? Mereka tentu hidup bahagia bergelimang harta. Yah walau sebenarnya cukup sulit bagi Mama Fey untuk membuka hati untuk suaminya, sampai ia harus berpura-pura cinta hingga beberapa tahun pernikahan mereka.
Dan ketika anak mereka duduk di bangku SMA, Mama Fey bertemu kembali dengan Papa Hegar serta mengetahui siapa anak pria itu. Dan rasa dendamnya kembali muncul karena sebelumnya ia hanya membalasnya pada sang wanita Papa Hegar.
Hingga akhirnya terjadilah drama yang dibuat Mama Fey dan anak semata wayangnya. Dan tentu dengan otak liciknya, Mama Fey tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya pada sang anak. Ia kembali mengarang cerita seakan ia di sini adalah wanita yang paling tersakiti.
Dan anak mana yang tega melihat sang Mama tersakiti? Hal itu pun membuat Fey akhirnya ikut melancarkan aksi balas dendam sang Mama, walau ia sempat menyukai Hegar yang ‘katanya’ adalah saudaranya sendiri.
Kembali ke situasi sekarang, Anna berulang kali menghembuskan napasnya tidak percaya dengan cerita yang diceritakan Hegar. Bukan sekadar cerita, tapi juga fakta.
“Gue kira orang sejahat itu cuma ada di drama,” komentar Anna.
“Semua karena cinta, Anna.”
“Tapi... sumpah demi apapun mereka jahat banget.”
Hegar hanya mengangguk menanggapi ucapan Anna.
“Udah ngancurin rumah tangga orang, diambil pula hartanya? Sinting.”
Lagi, Hegar mengangguk untuk menanggapi ucapan gadis itu.
“Terus sekarang gimana kabar cinta pertama bokap lo? Anaknya? Mereka baik?”
“Baik. Bahkan sekarang Papa juga lagi berusaha untuk bongkar kejahatan mereka demi wanita itu.”
Anna bernapas lega, “Syukurlah. Semoga mereka selalu baik-baik aja.”
Hegar tersenyum kecil dan mengangguk, “Aamiin.”
“Oh, terus gimana sama lo? Kenapa lo ngga lawan Fey? Kenapa lo mau-maunya diperdaya sama dia, Gar?” tanya Anna.
“Maunya begitu, tapi gue ngga bisa.”
Anna menatap Hegar dalam, “Kenapa?”
“Fey punya video waktu gue mukulin orang yang mau lecehin dia dan cewek yang kebetulan lagi lewat bareng dia.” Kata Hegar.
“Hah?”
“Dan sialnya, orang itu meninggal setelah gue pukulin.”
“W-wait, itu seriusan?”
Hegar menggedikkan bahunya, “Gue juga ngga terlalu yakin karena gue inget banget kalau gue ngga ada mukul dia di area vital. Kalau cuma bonyok aja sih mungkin.”
“Kapan waktu lo mukulin orang itu?”
“Seminggu setelah gue ulang tahun ketujuh belas.”
“Shit!” Umpat Anna.
“Makanya gue ngga bisa ngelawan. Itu ancaman terbesar buat gue. Kalau itu sampai tersebar, gue bisa aja dihukum pidana. Tapi, bukan itu yang gue pikirin. Gue takut bikin Papa kecewa.”
“Hegar...?” seketika Anna merasa bersalah pada Hegar. Nampak sekali bahwa selama ini Hegar terpuruk dan tidak bahagia.
“Tapi, ada yang lebih penting dari masalah gue.”
Anna mengeryit, “Apa?”
“Fey.”
“Kenapa?”
“Tolong tetap ada di sisi dia dulu,”
“Hah? Ngapain? Ogah banget!”
“Cuma sampai urusan Papa gue selesai, Ann. Buat seakan lo ngga tau apa-apa, buat dia tenang dan nyaman sama lo, buat dia seakan menang atas rencananya menghancurkan gue.”
“T-tapi—“
“Gue janji lo ngga akan baik-baik aja.” Hegar menyentuh tangan Anna.
“Varo gimana?”
Alis Hegar yang semula sedikit terangkat, kini turun kembali. “Gue jamin juga keselamatannya. Ngga usah khawatir.” Ucapnya.
Anna mengulum senyumnya, dan kemudian ia mengangguk.
@makaroon99