Jumat, 22 April 2022~

Tirta Radesva Abimana. Pria yang usianya sudah menginjak setengah abad itu menghampiri wanita yang masih lengkap memakai jas putih khas dokter.

Wanita itu duduk di kantin rumah sakit yang mulai sepi karena sudah lewat maghrib. Dengan teh panas di hadapannya, sesekali wanita itu sesap.

“Sendiri aja, dr. Alya?” Tirta duduk di hadapan Alya, sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja.

“Ah, i-iya, dr. Tirta.” Jawab Alya sedikit canggung.

“Suratnya sudah dibaca?” tanyanya to the point.

”...” Alya diam, dia tidak menjawab.

“Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarga kalian, tapi saya tahu hubungan anda dengan gadis bernama Tsabita itu.”

“D-dokter kenal Tsabita?”

Tirta mengangguk, “Dia teman anak saya, dr. Alya. Namanya Sadam. Sadam bilang, Tsabita adalah bintangnya.”

“Sadam? Bintang?” gumamnya tanpa bisa didengar Tirta.

“Saya tidak tau kenapa anda tidak menyukai Tsabita, dan saya rasa saya tidak perlu mengetahuinya karena itu masalah pribadi anda. Tapi, saya sebagai seorang Ayah juga tidak tega melihat ada anak yang terus berusaha untuk mendapatkan perhatian atau bahkan pengakuan dari Ibunya.” Ucap Tirta santai.

Alya tercekat mendengar ucapan pria itu. Pria yang juga bosnya di Rumah Sakit ini.

Namun, bukannya menanggapi ucapan Tirta, Alya justru beberes hendak meninggalkan tempat itu.

“Anda tau, dr. Alya? Saya dan istri saya menunggu kehadiran Sadam selama 7 tahun lamanya.” Ucap Tirta yang berhasil membuat Alya menghentikan aktivitasnya, “Segala macam cara kami lakukan, bahkan putus asa pun juga kami rasakan. Tapi Tuhan Maha Baik, dr. Alya, di tahun ke-8 pernikahan kami, istri saya akhirnya mengandung. Kami sangta bahagia, penantian dan perjuangan kami selama itu tidak sia-sia.” Tambahnya.

”...”

“Ketika Sadam lahir, saya dan istri saya merasa bahwa kami adalah orangtua yang paling bahagia. Kami menyayanginya, merawatnya dengan sebaik mungkin agar Tuhan tidak marah karena kami telah diberikan kepercayaan itu. Sampai suatu hari, Sadam meminta adik, kami berusaha dan berjuang lagi. Tapi sayang, sebelum Tuhan titipkan adik untuk Sadam, istri saya sakit dan akhirnya dia meninggal. Meninggalkan saya dan Sadam yang masih kecil.

Dan sekarang, di depan mata saya, saya melihat ada wanita yang egonya masih sangat tinggi. Yang entah kapan ego itu bisa turun hanya karena masalah kecil di masa lalu. Masalah yang seharusnya tidak menjadi panjang sampai 20 tahun lamanya.”

“D-Dokter Tirta…?”

“Maaf, dr. Alya. Sebenarnya saya tidak ingin ikut campur, tapi coba anda bayangkan perasaan malaikat kecil yang Tuhan titipkan pada anda dan suami anda? Bayangkan perasaannya selama 20 tahun berada di samping anda, namun tidak pernah dianggap bahkan diakui.

dr. Alya, disaat banyak pasangan yang menginginkan seorang anak, banyak pasangan yang berjuang sampai mati-matian tapi belum Tuhan berikan, kenapa anda bisa menyia-nyiakan titipan-NYA? Bukan ingin menggurui, tapi saya ingin anak itu merasakan sosok seorang 'Ibu'.

Surat-surat itu, kalau saya boleh tebak, anda sudah membacanya. Benar 'kan, dr. Alya?”

Ya, Tirta benar, Alya sudah membaca surat-surat itu. Surat yang isinya sama, hanya saja dengan tanggal dan pembuka yang berbeda. Itulah alasan kenapa Alya terdiam merenung di kantin seorang diri menjelang malam seperti ini.

“dr. Tirta… apa saya masih pantas dipanggil 'Ibu' setelah apa yang saya lakukan pada Tsabita?” tanya Alya pelan.

“Kenapa tidak? Apalagi kalau anda memiliki niat untuk memperbaikinya.”

“Saya malu. Saya merasa tidak pantas apalagi untuk mendapat maaf.”

“Jika anda berpikir seperti itu, lalu untuk apa usaha anak anda selama ini, dr. Alya? Dia sangat mengharapkan anda, jadi pikirkan secara baik-baik untuk kebaikan semuanya, dr. Alya.” tatap Tirta pada Alya dalam, namun wanita itu hanya diam.

Tirta kemudian berdiri, “Saya rasa, saya sudah bicara terlalu jauh. Saya permisi.” Kemudian pria itu meninggalkan kantin Rumah Sakit.

Alya termenung. Memikirkan ucapan Tirta yang cukup menohoknya. Dan satu yang tidak pernah ia sadari selama ini, bahwa ia tidak bersyukur atas apa yang ia miliki.

.

.

.

@makaroon99