Mid Day
Hegar keluar kelas pertama pukul 09.45 pagi bersama Anna. Kebetulan dosen di mata kuliah kedua di jam 10 mereka tidak hadir. Keduanya pun memutuskan untuk turun.
“Ann, gue ke toilet dulu.” Ucap Hegar.
“Oke, gue mau samperin Varo, ya.”
Hegar mengangguk, kemudian ia berpencar dengan Anna yang berjalan ke arah lain.
Setelah selesai dengan urusannya, Hegar bertemu dengan seorang dosen muda yang terkenal menyebalkan.
“Tolong belikan saya kopi di Bu Mun, ya? Yang di kantin belakang itu.” Ujar sang dosen.
Kantin belakang, tempat mahasiswa beristirahat usai melakukan aktivitas UKM bela diri dan panjat tebing. Jaraknya agak jauh jauh, berada di luar fakultasnya.
“Oh, iya, Pak.” Hegar mau-tidak mau mengiyakan permintaan sang dosen.
Sesampainya di kantin belakang yang cukup ramai itu, Hegar memesan kopi yang diminta sang dosen. Tidak peduli dengan pandangan orang yang tak suka akan kehadirannya, ada bisik-bisik tak mengenakkan pun ia abaikan.
Sambil menunggu, Hegar melihat-lihat sekeliling kantin yang sangat dekat dengan pagar pembatas. Kebetulan pagar itu belum jadi pagar permanen karena sedang dalam masa perbaikan, sehingga masih menggunakan pagar besi kecil untuk sementara.
Atensi Hegar teralihkan oleh sebuah mobil truk pengangkut puing. Setahunya, jalanan yang sedikit menurun itu masih milik kampus yang tidak boleh dilalui secara umum. Pun di hari kerja, tidak akan ada truk atau mobil pekerja dari kampus.
Namun belum sempat ia berpikir lagi, pesanannya telah selesai. Walau masih penasaran, Hegar terpaksa pergi dari sana.
Ketika melewati sebuah lorong sepi dekat ruang dosen fakultasnya, Hegar melihat seseorang berlari kecil dan terburu-buru masuk ke bagian lebih dalam lorong.
“Felicia?” gumam Hegar.
Bisik demi bisikan Hegar dengar dari tempat itu. Ia mengeryitkan kening dan menajamkan pendengaran agar mendapat informasi dari gelagat Fey yang mencurigakan itu.
“Kebetulan banget dia diminta ke kantin belakang, pokoknya segera laksanakan, ya. Awas, jangan sampai gagal!”
Hegar memundurkan langkahnya sedikit sebelum suara gadis itu terdengar lagi.
“Bikin truk itu melaju kencang! Gue ngga peduli sekalipun ada korban jiwa, yang penting rencana kali ini ngga boleh gagal.”
Truk itu. Truk mencurigakan yang Hegar lihat adalah kerjaan Fey.
Hegar segera berlari menuju kantin belakang lagi sebelum hal itu terjadi. Niatnya, ia ingin keluar menuju truk yang ada di sana, setidaknya bisa menghentikan rencana tersebut, namun ketika ia melihat Anna dan 3 laki-laki lainnya duduk di kantin, ia beralih.
“Ann!” Panggil Hegar panik.
Anna melirik, “Sini, Gar!” Ajak Hegar.
Hegar sampai di tempat Anna dan yang lain, “Ngga. Jangan di sini, Ann.”
“Santai kenapa, Gar. Pesen kopi dulu lah?” kata Albu santai.
“Truk itu akan ngebahayain kita.” Ucap Hegar sambil menunjuk ke arah di mana truk itu berada.
Anna, Varo, Albi, dan Revhan menoleh. Mereka nampak kebingungan mencari di mana truk yang dimaksud Hegar. Pasalnya, tidak ada kendaraan berupa truk di dalam maupun luar kampus.
“Ngaco!” Kata Varo.
“Truk itu bakal bikin kita celaka. Ini udah direncanain samaㅡ”
“Varo! Lo mending bawa temen aneh lo pergi dari sini deh.” Tegur salah satu mahasiswa yang ada di meja sebelah mereka.
“Tau! Nanti kita kena sial lagi ada di sini.” Timpal yang lain.
“Sorry, Bang.” Balas Varo tidak enak.
“Mending kita pergi dulu aja deh,” Revhan berdiri dari duduknya, lalu disusul Anna.
“Ayo, pindah!” Ajak Anna sambil menarik Hegar dan Varo bersamaan.
Tapi Hegar masih tidak tenang karena ia penasaran, ke mana perginya truk itu. Padahal belum ada 5 menit ia dari sini.
Hingga akhirnya mereka berpindah ke kantin FEB, kebetulan masih jam kuliah jadi agak sepi. Hanya ada beberapa orang di sana yang duduk santai.
“Gar, sumpah deh itu feeling doang atau gimana?” tanya Varo.
“Gue dengar sendiri, dia bicara sama seseorang di telepon.” Jawab Hegar.
“Orang gila apa gimana sih, beneran ngga sarap tuh orang.” Kesal Albi.
“Tapi biar apa, Gar? Kalau mau celakain kita 'kan ngga mungkin?” Anna mengeryit dalam sambil menatap Hegar.
Belum sempat Hegar jawab, seseorang datang. Kebetulan orang itu datang dari arah belakang Hegar.
“Varo, gue nyariin ke atas lo ngga ada.” Kata Fey.
Varo dan yang lain menatap Fey dengan sedikit datar. Kecuali Revhan, dia yang ada di sebelah Hegar menatap Fey dengan sangat tajam.
“E-eh, ada Hegar?” Fey merubah rautnya sedikit ketakutan.
“Iya, kami lagi diskusi.” Jawab Albi, “Lo ngga mau join ke club, 'kan? Mending pergi aja.” Usirnya kemudian.
“Gue diusir?” wajah Fey memelas.
Hegar berdiri, “Kalau lo keganggu karena ada gue, biar gue aja yang pergi.”
“Ngga usah!” Tahan Revhan, “Justru lebih ganggu dia kali, Gar.” Tambahnya.
Fey mengeryit, menatap Revhan tidak suka. Gadis itu kemudian beralih pada Varo yang ada di sebelah Anna.
“Varo?” ceritanya, ia ingin mengadu, tapiㅡ
“Kalau lo masih percaya Hegar anak pembawa sial, lo boleh pergi. Kalau engga, sini duduk sama kami.” Ujar Varo tenang.
Fey tidak pernah menyangka kalau Varo akan mengatakan hal seperti itu. Tidak seberapa berarti jika didengar orang biasa, tapi untuknya…
“Gue ke perpus aja deh.” Dan kemudian Fey pergi.
“Tersangkanya kabur, anjir.” Kesal Albi.
“Biarin aja, biar damai ngga ada dia.” Sahut Varo.
Beberapa menit mereka duduk di sana sambil sempat membahas mata kuliah dan minum, ramai beberapa orang terdengar dari kejauhan. Orang-orang yang penasaran pun mulai keluar dan berjalan ke ujung, hingga akhirnya mereka menyadari sesuatu.
Kecelakaan itu benar-benar terjadi.
@makaroon99