Night talk.
🌼
Sadam sudah menyelesaikan acara makannya ditemani Kia. Sang Ayah sedang ada urusan keluar sehingga saat ini tidak berada di rumah. Tapi, mungkin akan pulang larut malam nanti.
Di tengah heningnya suasana meja makan, Sadam menyadari bahwa Kia memperhatikannya. Hal itu membuatnya kembali menatap Kia dan menaikkan alis.
“Kenapa ngeliatin gue gitu? Ganteng, ya, abang lo?” candanya.
Kia tersenyum kecil, lalu mengangguk. Hal itu jelas membuat Sadam tertawa, “Mengakui juga lo akhirnya kalau abang lo ganteng.”
“Terpaksa sih.” Balas Kia.
“Sialan!” Rutuk Sadam, tapi sebenarnya ia tidak serius alias tidak marah. Sudah biasa.
“Abang?” panggil Kia pelan.
“Hm?”
“Selama ini 'kan hidup lo cuma di sekitar keluarga sama temen aja, dan lo ngga punya pacar. Kalau gue boleh tau, apa sih yang bikin lo bahagia selama ini?” tanya Kia.
Sadam terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, “Hmm, lo.”
“Gue?”
“Iya. Ya agak aneh sih. Tapi gue jujur, kebahagiaan gue itu lo.”
Kia mengeryit, “Abang, lo ngga incest, 'kan?”
“Engga lah, gila!”
“Lagian kenapa jawabnya gue coba?”
“Lo tau 'kan dari kecil hidup kita itu udah berat. Berat banget. Tapi kita lewatk bareng-bareng, kita lewati berdua, gandengam tangan, pelukan, pokoknya semua berdua. Kita bener-bener berjuang berdua untuk melengkapi satu sama lain. Dan seharusnya, kita dulu ngga dipisah supaya bisa semakin kuat.” Jelas Sadam.
”...”
“Makanya waktu gue tau lo balik, gue rasanya seneng banget. Bertahun-tahun gue pengen ngejagain lo, tapi gagal karena terpisah oleh jarak.” Sambung Sadam.
Kia tersenyum, “Gue juga seneng waktu bisa ketemu lo lagi setiap hari. Gue ngga ngerasa sepi.”
“That's why lo itu bahagia gue. Liat lo senyum, lo ketawa, rasanya semangat gue tuh kumpul. Makanya gue selalu bilang ke temen-temen yang lain buat memperlakukan lo seperti mereka memperlakukan saudara mereka sendiri. Gue nitipin lo sama mereka karena lo tau, ngga ngga akan dua puluh empat jam bareng sama lo. Sama halnya kayak Rey yang nitipin lo ke kami. Tapi lo masih punya gue, Nopal, Japi, Rhea, bahkan Denara. Dan lo tau ngga sih apa hal yang palimg gue ngga suka?”
“Apa?”
“Kalau lo sedih.” Jawab Sadam, “Dan lo tau hal apa yang paling gue takuti?”
Kia mengangkat satu alisnya, “Uhm?”
“Kalau lo disakiti. Makanya gue selalu bilang, jangan sampai ada orang yang nyakitin lo. Kalau ada orang yang nyakitin lo, gue bakal maju paling depan.”
Gadis itu terdiam sesaat, sambil matanya masih menatap Sadam. “Kalau yang nyakitin gue itu temen lo sendiri, gimana?” tanyanya pelan.
“Siapa?”
“Rey misalnya.”
“Ya gue samperin lah. Gue pukul, gue hajar, kalau perlu mati ditangan gue juga ngga apa-apa.”
“Ish, apasih serem banget bawa-bawa nyawa?” sewot Kia.
Sadam terkekeh, “Ya makanya, jangan sampai. Tapi gue yakin sih, Rey ngga akan ngelakuin itu.”
“Kenapa bisa seyakin itu?”
”...” Kia menggedikkan bahunya.
“Gue yakin, karena gue tau kalau dia sayang banget sama lo. Walau kadang dia cuek, jarang ngabarin lo, tapi hampir tiap hari dia nelpon gue buat nanyain kabar lo.”
“Hah?”
“Iya, setiap hari.”
“Tapi kok dia malah nelpon lo, kenapa ngga ke gue langsung coba?”
“Lo bilang, dia sibuk?”
“Iya, tapi kan daripada nelpon ke lo, lebih baik ke gue langsung ngga sih?”
Lagi-lagi Sadam terkekeh, “Ki, Rey itu bucin banget sama lo. Saking dia sayangnya sama lo, dia ngga mau denger suara lo setiap hari. Dia bilang, dia takut semakin kangen dan bikin fokusnya buyar. Maka dari itu dia nanya ke gue daripada ke lo langsung.
Dan please, jangan negative thinking. Dia bener-bener sesayang itu sama lo, Kia.”
Kia terdiam, “Tapi, Bang… dia udah selingkuh, tanpa lo tau.” ucapnya dalam hati.
.
.
.
@makaroon99