Penjelasan.

🌼

Zidan sudah sampai di rumah Azkia. Kebetulan, Sadam yang sedang di depan, sehingga laki-laki 17 tahun itu harus bertatap wajah dengan kakak dari Kia yang menurutnya jutek itu.

“Mau ngapain lo pagi-pagi?” tanya Sadam.

“Mau ketemu Kak Azkia, mau ada yang saya obrolin, Bang Sadam. Udah bilang Kak Azkia kok tadi mau ke sini.” Jelas Zidan.

Belum Sadam menyahuti ucapan Zidan, Azkia sudah terlihat di ambang pintu, sedikit berlari dan tersenyum pada Zidan.

“Zidan, ayo masuk!” Ajak Kia.

“Eh, ngga usah, Kak. Di sini aja.” Tolak Zidan.

“Tuh duduk di teras. Ya kali lo mau ngobrol sambil berdiri.” Sadam menunjuk kursi yang ada di teras.

“Abang mau sekalian ikut ngobrol ngga?” tanya Kia pelan.

Sadam mengeryit, “Ngapain?”

“Ini tentang Rey.”

Mendengar nama 'Rey', Sadam akhirnya menyetujuinya. Walau semalam ia sudah mendengarkan penjelasan Rey, tapi ia jadi penasaran dengan yang akan diceritakan Zidan.

Mereka bertiga akhirnya duduk bersama di kursi yang ada di teras. Lalu Zidan memulai penjelasannya.

Jadi, Zidan sebenarnya mengenal Rey belum lama ini. Tepatnya sehari setelah ia mengantar Kia pulang, ketika malam itu ia melihat lockscreen pada ponsel Kia.

Mama Zidan adalah seorang Ibu sosialita, yang sangat gemar arisan bersama rekan-rekannya. Dan tidak jarang ia menemani sang Mama. Di sanalah ia mengenal Mama Rey. Yang Zidan tahu, wanita itu sangat suka membanggakan seorang Reynard Aiden si anak kedokteran, sama seperti Mamanya yang sangat senang membanggakan Jemima Tiffany, kakak sulungnya, yang biasa disapa Mima.

Karena hal itu, kedua Ibu itu ingin menjodohkan anak mereka. Dan kebetulan sekali keduanya saling kenal dan cukup dekat karena ada di kelas yang sama. Seingat Zidan, itu terjadi di awal tahun.

Awalnya, Zidan tidak masalah dengan hal itu. Toh kakaknya sudah besar, mau dijodohkan atau tidak, itu bukan urusannya. Lagipula sebenarnya, ia tidak terlalu akrab dengan sang kakak.

Hingga malam di mana ia lihat lockscreen pada ponsel Kia, ia menanyakan pada sang kakak tentang hubungannya dengan Rey. Mima bilang, Rey sudah putus dengan Kia sejak awal kuliah. Sama seperti yang dikatakan Mama Rey selama arisan.

Tapi karena Zidan kurang yakină…ˇkarena Kia bilang sudaj pacaran 2 tahună…ˇ, esok harinya ia menghubungi Mama Rey dan mengkontak laki-laki itu. Dari sanalah ia tahu bahwa Rey dan Mima hanya dekat, tidak berpacaran. Rey yang sangat jelas jika tidak suka dengan orang lain, secara gamblang mengatakan bahwa Mima yang mengejarnya.

Namun belum sempat Zidan melanjutkan ceritanya, Rey dan Ayahnya datang. Dengan wajah tegang, Rey menatap Kia yang matanya merah dan sedikit sembab.

“Kia?” panggil Rey sambil menatap Kia.

“R-Rey?”

Rey melangkah mendekati Kia, kemudian tanpa diduga sebuah pukulan mendarat di pipi kirinya. Sadam pelakunya.

“Sorry, tangan gue gatel, anjir.” Ucap Sadam santai, “Om, maaf, anaknya Sadam pukul.” Katanya pada Tama dan pria itu hanya mengangguk.

Sementara Rey tidak protes atau apapun. Ia terima saja bahkan jika Sadam memukulnya berulang kali. Anggap saja hukuman untuk seorang pengecut untuknya.

“Maaf.” Ucap Rey, “Maafin pacar kamu yang pengecut ini, Kia.”

“Rey…” Kia sudah ingin menangis lagi.

“Daripada lo cuma minta maaf, mendingan langsung jelasin ke Kia deh, Rey.” Ujar Sadam.

Rey melirik sang Ayah, “Iya Ayah masuk deh. Dam, Ayahmu ada di dalam, 'kan?” tanya Tama.

“Ada di dapur Om, lagi bersihin blender tadi.” Jawab Sadam.

Akhirnya Tama masuk, meninggalkan keempat anak muda itu. Sampai akhirnya Rey menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Kia dan Sadam.

Tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan Zidan tadi. Perjodohan, pemaksaan, dan tekanan. Rey merasakan itu lagi walau sudah jauh dari Mamanya.

Mama Rey tidak suka dengan Kia si calon musisi. Ia pikir, akan lebih keren dan hebat jika seorang calon dokter bersama calon dokter juga. Pasangan dokter adalah yang terbaik menurut Mama Rey.

Masalah akun kedua twitter Rey yang dikunci, bukan seperti tuduhan teman-temannya. Rey hanya risih dengan banyak orang yang ingin bermutualan dengannya. Rasanya, ia tidak bebas berkelana di akun tersebut. Serta menghindari sang Mama yang selalu memantaunya.

Selain itu, Rey tidak ingin jika ia memposting foto Kia, teman-temannya di kampus sana tahu. Singkatnya, Rey tidak ingin cantiknya Kia dilihat banyak orang. Biarlah circle-nya saja. Dengan begitu, ia akan jauh lebih bebas.

Dan masalah chat itu, Rey mengaku di jam makan siang itu ponselnya sudah hilang. Bahkan saat sang Ayah sampai di kostnya pun ia tidak tahu. Ia baru tahu malam hari, karena Ayahnya kembali lagi ke kostnya karena khawatir ponselnya tidak bisa dihubungi.

“Demi Tuhan, Kia, sama sekali ngga pernah sedekat itu sama Mima.” Kata Rey, “Cuma aku aja yang pengecut, aku ngga berani tegas ke Mama bahkan ke diriku sendiri.” Tambahnya.

“Padahal kalau kamu cerita, aku ngga masalah.” Respon Kia.

“Iya, maaf. Maaf, pacar kamu terlalu pengecut.”

Sadam menghela napas, “Terus lo sama Zidan ini gimana?”

“Sejak Zidan ngehubungi gue, gue minta tolong sama Zidan untuk jagain Kia. Kebetulan, ternyata Zidan deket sama Kia.”

“Lo bisa minta gue atau yang lain,”

Rey menggeleng, “Ngga tau kenapa gue takut sama kalian, dan Zidan jadi opsi utama gue saat itu.”

“Jadi selama ini Zidan selalu nguatin aku dan ngaskh kata-kata untum ngeyakinin aku tentang LDR sama Rey itu… udah terencana?” tanya Kia.

Zidan mengangguk, “Iya, Kak. Tapi terlepas dari itu, Zidan memang peduli sama Kak Azkia. Zidan mau bantu Kak Rey buat jaga Kak Azkia. Kak Azkia yang lebih bisa menghargai Zidan selayaknya seorang kakak pada adiknya daripada Kak Mima pada Zidan, adik kandungnya sendiri.” Jelasnya.

Kia yang semula tertunduk mendengar penjelasan Zidan, kini menatal Rey, “Jadi… Rey ngga selingkuh, 'kan?”

Rey menggeleng, “Engga, Kia. Aku ngga pernah selingkuh.”

“Terus Mama kamu?”

“Aku tadi udah ketemu Mama, aku udah negasin ke Mama kalau Mama ngga bisa ikut campur urusanku lagi. Mama boleh nyetir aku selama ini, ngatur hidup aku bahkan sampai kuliahku. Tapi satu yang ngga akan bisa dia setir, perasaan aku. Percintaan aku. Aku udah tegasin ke Mama kalau aku cuma mau kamu, Azkia Zanitha.”

Ucapan Rey sungguh membuat Kia tersentuh, sehingga gadis itu kembai menumpahkan air matanya. Dan tanpa malu, Rey menarik kia ke dalam dekapannya.

.

.

.

@makaroon99