makaroon99

TW // Mention of death


Azkia dan Rey sudah sampai di kediaman Naufal. Rumah yang ditempati sahabatnya itu bersama mendiang istrinya setelah menikah.

Ia bertemu dengan Papi Naufal, yang kebetulan baru dari luar membeli bahan makanan untuk makan malam.

Baby Galen menangis begitu masuk ke dalam, matanya terus menatap ke langit-langit, tangannya juga tampak menggapai ke atas seakan di sana ada seseorang yang ingin menggendongnya.

Read more...

TW // Mention of death


Laki-laki bertubuh kurus itu masih duduk bersandar di atas ranjang di kamar rawat inapnya. Matanya menatap ke televisi yang menyala, namun tidak dengan pikirannya.

Mama dan Papanya ada di sana, tengah makan siang sambil sesekali berbincang pelan. Azka tidak tuli jika orangtuanya berbincang membawa namanya, tapi ia memilih untuk diam guna menetralkan amarah yang masih melanda.

Read more...

Radiv itu anak tunggal, sama dengan Thalia. Mereka adalah sepupu dekat, di mana Ayah Thalia merupakan adik dari Mama Radiv.

Waktu kecil, mereka tinggal di rumah yang sama, diurus oleh kakek-neneknya. Sampai Thalia usia 10 tahun dan Radiv 12 tahun, mereka berpisah rumah.

Walau demikian, hubungan keduanya masih sangat dekat. Dan dibandingkan dengan saudara sepupu, mereka terlihat seperti saudara kandung.

Read more...


tw , cw Mention of death, orphan , yatim piatu


Thalia dan Niko saat ini sudah berada di kafe depan kampus. Mereka mengambil tempat di lantai 2, duduk lesehan beralaskan karpet yang cukup tebal.

“Kakak ngga pesan makanan atau minuman?” tanya Thalia setelah sadar bahwa yang ada di meja hanya makanan dan minuman miliknya saja. Padahal itu semua Niko yang bayar.

Read more...

Hegar keluar kelas pertama pukul 09.45 pagi bersama Anna. Kebetulan dosen di mata kuliah kedua di jam 10 mereka tidak hadir. Keduanya pun memutuskan untuk turun.

“Ann, gue ke toilet dulu.” Ucap Hegar.

“Oke, gue mau samperin Varo, ya.”

Hegar mengangguk, kemudian ia berpencar dengan Anna yang berjalan ke arah lain.

Setelah selesai dengan urusannya, Hegar bertemu dengan seorang dosen muda yang terkenal menyebalkan.

Read more...

Rasanya, Anna enggan beranjak, ia tidak mau pulang. Anna tidak siap jika harus bertemu dengan calon Ayah sekaligus calon saudara tirinya. Ia menangis.

“Shevanna?”

Gadis itu mengangkat kepalanya tatkala mendengar suara seseorang memanggilnya.

“Kok lo di sini? Pasti disuruh Bunda, ya?” tanya Anna pada sosok itu.

“Ngapain nangis?” sosok itu duduk di sebelah Anna.

Read more...

Saat ini Anna sudah berada di dalam mobil Ayah Varo. Ia duduk di kursi tengah sementara Varo di depan bersama sang Ayah.

“Om Jeff, Anna mau nanya, boleh?” Anna membuka suara.

“Kenapa, Anna?” Ayah Varo sedikit menoleh ke belakang.

“Kalau misal ada duda atau janda menikah, urus surat pernikahannya harus ada saksi ngga sih?”

Kini bukan Ayah Varo saja yang menoleh, tapi juga Varo. Keduanya keheranan dengan pertanyaan Anna.

Read more...

Kaki yang terbalut sendal berbulu itu melangkah menuju tempat yang hanya berjarak sekitar 6 meter dari tempatnya berasal.

Kurang dari 30 detik, langkah itu berhenti di bawah bangunan tanpa lampu depan yang menerangi. Tangan kurus sang empunya terangkat, menekan bel yang tersembunyi di balik tanaman yang diletakkan di dinding samping pintu.

Tidak lama, sang pemilik rumah membuka pintu.

Read more...

Kini Anna duduk di kursi teras rumahnya bersama Hegar. Keduanya nampak canggung, tidak seperti biasanya. Sebenarnya, Hegar sudah ingin membuka suara, tapi Anna masih nampak terlihat tidak nyaman.

“Ann, gue udah boleh jelasin?” tanya Hegar.

Anna melirik Hegar lalu menggedikkan bahunya. Hegar kembali diam hingga beberapa saat, sampai ia sendiri yang tidak sabar untuk menjelaskan semuanya pada Anna.

Read more...

Merasa ada yang ganjil ketika Fey menghubunginya tadi, Anna dengan cepat langsung menelepon gadis itu balik. Ia ingin memastikan apa yang tadi Fey bicarakan tidak salah.

Cukup lama ia menunggu, akhirnya ia mendapat jawaban dari Fey. Dengan cepat, Anna langsung memesan ojek online untuk pergi ke rumah sakit di mana Fey dan Varo dibawa.

Read more...