makaroon99

Di perjalanan menuju rumah Fey, Varo hanya diam sambil berkonsenterasi mengendarai motornya. Padahal beberapa kali ia dengar kalau Fey berbicara.

“Boleh ngga, Varo?”

Varo menghentikan sepeda motornya ketika berada di lampu merah, ia menoleh sedikit ke belakang, “Kenapa, Fey? Ngga kedengeran, knalpot gue berisik.”

Fey mendekatkan wajahnya ke telinga Varo, “Mau jajan dulu, gue laper. Tadi belum sempat makan di rumah Anna.”

“Tapi 'kan kita harus langsung pulang?”

“Kalau langsung pulang pun, khawatir Hegar ternyata ke rumah gue setelah dari rumah Anna.”

Read more...

Fey pulang dan bertemu dengan Mama dan Papanya yang tengah bersantai di ruang tv rumah mereka. Teringat dengan ucapan Hegar, tanpa basa-basi ia langsung menanyakan hal tersebut.

Dan siapa yang tidak terkejut jika ditanyakan tentang masa lalu yang mungkin terdengar kelam itu? Hingga membuat sang Papa terkejut dengan pertanyaan anak gadisnya.

Read more...

Siang ini Fey benar-benar pergi untuk menemui Hegar. Keduanya janjian di sebuah tempat yang cukup jauh dari kerumunan dan hiruk-pikuk Kota.

Memang keduanya tidak terlalu menyukai trmpat rakai, karena menurut mereka hal itu sedikit mengganggu privasi masing-masing.

Kini keduanya sudah duduk berhadapan. Hegar memasang wajahnya yang seperti biasa, dingin dan datar. Sementara Fey justru memasang wajah polos seakan tanpa dosa.

Read more...

Arsenio. Pemuda 23 tahun tidak pernah menyangka bahwa kebahagiaan yang baru ia rasakan, sirna begitu saja.

Beberapa menit yang lalu Adam meneleponnya, memberi kabar bahwa Naresh tengah berada di ruang ICU sejak pukul 11 malam tadi.

Untung saja, rekan satu bandnya belum tidur karena kondisinya, mereka sama-sama baru tiba di dorm setelah melakukan debut stage dan setelahnya makan malam sampai jam 11.

Read more...

Terapi Naresh sudah selesai untuk hari ini. Dokter mengatakan bahwa perubahan Naresh sangat cepat. Sepertinya memang operasi yang dilakukan sangat bagus sehingga tidak membuat Naresh mengalami kesulitan terlalu lama.

4 kali terapi jalan saja, Naresh sudah bisa melangkah sendiri. Ya walau harus tetap dalam pengawasan karena bisa saja anak itu kehilangan keseimbangannya.

Melihat Naresh terapi untuk pertama kalinya, Arsen nampak begitu lega. Sepertinya keinginan Naresh untuk sembuh itu sangat tinggi, walau anak itu masih enggan bicara atau memang belum bisa.

Read more...

“Ini ada permen untuk Hasa, tapi jangan bilang siapa-siapa, ya? Nanti setiap pagi Ayah sama Bunda kasih, tapi sembunyi-sembunyi agar ngga diminta yang lain, oke?”

Hari itu adalah 6 Juni 2007, tepat ulang tahun si kembar Hasa dan Naresh. Malam hari, Ayah dan Bunda memberinya sebotol 'permen' berwarna putih.

Read more...

Adam, Rafa, dan Arsen kini hanya bisa menunduk dalam ketika Hasa dinyatakan kritis oleh dokter yang menangani adiknya itu.

Dokter mengatakan penyebab Hasa kritis adalah akibat penyakit asma yang tak terkontrol, beserta gagal jantung yang selama ini diabaikan.

Kondisi saluran pernapasannya yang tidak baik serta jantung yang tidak mampu memompa darahnya dengan baik, membuat laki-laki muda itu harus terkapar lemah di ruang ICU dengan beberapa alat menempel di tubuhnya.

Read more...

Sekitar pukul 6 pagi, Adam dan Rafa sudah tiba di Rumah Sakit. Keduanya berada di kamar rawat Naresh, berjumpa dengan Arsen dan Hasa yang sedang duduk di sofa sambil nonton tv sementara Naresh masih tidur.

Adam memberikan sarapan untuk kedua adiknya dan Rafa memberi pakaian ganti. Arsen pergi lebih dulu ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, sementara Hasa masih duduk bersandar di sofa.

“Sarapannya ngga dimakan, Sa?” tanya Adam.

“Nanti aja, Mas, masih terlalu pagi.”

Adam hanya mengangguk. Tidak lama kemudian, Arsen keluar dan kini gantian Hasa yang masuk. Ia duduk di sofa dan membuka sterofoam berisi sarapannya.

Read more...


Sudah lewat pukul 12 malam, Hasa maupun Naresh masih sama-sama tidak bisa tidur. Hasa mungkin malam ini merasa tidak mengantuk sama sekali, sementara Naresh lebih merasa gugup.

Bayangkan, kurang dari 9 jam lagi ia akan melakukan bedah kepala. Segala kemungkinan buruk merasuki kepalanya sehingga membuatnya gugup dan tidak bisa tidur.

“Resh, tidur!” Tegur Hasa.

Naresh melirik Hasa yang ada di sofa pojok ruangan, “Lo juga belum tidur.” Lalu ia beranjak dari ranjang menuju kembarannya.

Read more...

3 hari setelah kejadian Hasa mengamuk untuk pertama kali, Giantama bersaudara jadi harus lebih berhati-hati karena mood Hasa kerap kali berubah-ubah.

Ketiga tertua selalu berpikir, “Beginikah yang dirasakan Hasa ketika mood Naresh sering berubah?”

Pasalnya, Hasa yang sering kena sasaran ketika Naresh marah atau sedih. Atau kebetulan saat itu Naresh tengah bersama Hasa.

Beberapa waktu lalu, mereka telah berdiskusi bahkan bersama Naresh. Karena Arsen yang lebih tahu Hasa, ia yang banyak memberi arahan dan pengertian, walau sebenarnya ia malas.

Tapi, Arsen menghargai permintaan Adam, sang kakak tertua, yang ingin hubungan persaudaraan mereka kembali balik. Setidaknya, mereka bisa lebih Saling memahami.

Read more...